I Cried for My Brother Six Times

Posted: Kamis, 30 Juni 2011 by cendolduren in Label:
0

Malam ini, saya capek... Pulang kantor langsung nemenin kamar sebelah survey laptop... Rencananya dia mau tuker netbooknya dengan notebook, yang lebih powerful, yang bisa buat editing foto. Maklum, dia punya hobby fotografi. Tiap kali lewat toko yang majang camdig, kamera professional, ato aksesorisnya, dia memperlambat gerakannya.. slow motion,-__-", langsung aja deh aku ingetin tujuan utamanya... Daripada nyampe kosnya tambah malam... Besok kan masih one day to go... Where will i go? Kasur tentunya.. Sabtu Minggu, saatnya bermalas-malasan... -________-"

Saya mau copast cerita bagus dari notes FB-ku aja kali yaaaa... Cekibrott
============================================================================================

Aku Menangis untuk Adikku Enam Kali (I Cried for My Brother Six Times)
Penulis : Ratu Karitasurya

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatan membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.

Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marah, sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, aku tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, aku diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.

Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Aku mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik. Hasil yang begitu baik."

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, saya telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti ayah mesti mengemis di jalanan, ayah akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.

Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak. Aku berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak, ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimmu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga di universitas.

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?

Aku berjalan keluar dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kalau kamu adalah adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apapun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku pulang ke rumah setelah menghadiri undangan pernikahan seorang teman, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalut lukanya. "Apakah itu sakit?" aku menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Di tengah kalimat itu ia berhenti.

Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Seringkali suamiku dan aku mengundang orangtuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, dia mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Saat Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, ketika adikku sedang di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ia mendapat sengatan listrik, lalu masuk rumah sakit.

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, aku menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar, ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata. Kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

Lalu ia berkata, "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"

Tanpa berpikir, ia menjawab, "Kakak saya."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, sekolah kami ada di dusun yang berbeda. Setiap hari kakak dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Sedangkan ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Diterjemahkan dari "I Cried for My Brother Six Times"
-I and You Shouldbebetter-

Kulkas baru, masalah baru...

Posted: Rabu, 29 Juni 2011 by cendolduren in Label: ,
2

Akhir minggu kemarin, kosan kami kedatangan barang baru... Hehehe, maklum, bapak kos nggak nyediain fasilitas ini. Elo tau kan, gimana panasnya Jakarta? Gela loo, bulan puasa kan udah di depan mata #pake gaya gaol getoh...

Setelah melewati banyak perdebatan alot, akhirnya diputuskan dengan musyawarah mufakat (bukan dengan sistem voting) bahwa akan dilakukan pengadaan kulkas, segera, secepatnya... Keren nggak sih? Keren kan? Keren donk?... Musyawarah mufakat harus lebih diutamakan, daripada sistem voting... Satu hal yang paling berbeda, dengan musyawarah mufakat, tidak akan ada blok A dan blok B, blok yang setuju dengan blok yang tidak setuju... That's why Pancasila mengedepankan musyawarah mufakat... Kembali ke cerita awal, Kakak Gunadi yang selalu menjadi punggawa garda terdepan survey sana sini, dan akhirnya pilihan kami jatuh di toko pinggir jalan, bukan Carefour ato Giant... harganya lebih bersaing brooo... Sekarang, tinggal mencari pendanaan, dan sayalah korbannya... :hammer3... Sudahlahhh, toh nanti mereka pada bayar, meski ada yang bersuara, dicicil 12x dengan bunga 0%... Batinku, Gua gorok leher elooo... hahaha..

Sampe di kosan, kita bingung nempatinnya, kosan sempit brooo... Tapi akhirnya dapet juga posisi PW untuk Sang tamu baru.. Kata yang nganterin barang, dicoloknya nanti aja, kalo sudah tiga jam dari pengangkutan.. Dia bilangnya, karena freon di dalamnya goncang, jadi butuh waktu sekitar segituan buat dia normal kembali... Yang aku tangkep si gituu.. Nggak tau deh kalo salah.. CMIIW aja... Nggak ngaruh juga sih, lagian kita juga belum punya roll kabel.. Anak-anak pada nggak mau beli roll kabel... Ujung-ujungnya mamih ya beliiii... :D... Tolong dibantu yaaa, mamih itu bukan mamih-mamih beneran, itu cuma panggilan kesayangan kami, panggilan kehormatan, untuk seseorang yang selalu mengurusi acara bersama, kebutuhan bersama, pokoknya macam EO aja dehhh.. Meski sebenernya ada body-body yang agak mirip mamih-mamih sihhh... hahahaha

Besok malamnya mamih udah nenteng terminal steker... Apa sih namanya?? pokoknya yang kalo dicolok ke satu steker, dia bakal jadi tiga jalur, ato empat jalur... Lupakan!!, anggap saja benar.. Kita colok deh tuh kulkas... Instruksi berikutnya dari bapak-bapak yang nganterin barang, "tunggu lima jam biar dingin"... dan Engggg, ingggg, enggggg... Sampe sekarang belum juga dingin. Malah kata mamih, di dalam kulkas lebih hangat di banding udara di luar... GUBRAKKKK !!!

Aku langsung nyolot melotot donkkkk... Pertama, karena ketakutan yang hebat akan utang anak-anak yang bakalan jadi baddebt... Yang kedua, marah sama penjualnya... Sebelumnya aku juga pernah ada kejadian nggak nyenengin tentang jual beli elektronik... Kasusnya lain sih, lebih parah.. Lha wong aku beli handphone gressss, di luar box masih ada plastik pembungkus... Trus gimana ceritanya tuh, kok segel di box udah broken duluannn, padahal jelas-jelas aku lihat plastik pembungkusnya dibuka di depanku ... kalo ini sih penipuannnnn !!! Langsung deh aku teriak, minta ganti.. Macam betuuuuullll... Dan penjualnya awalnya ngeles, tapi karena emang salah, ya dia nggak keberatan ngganti yang lain... Hati-hati nih beli di sana, pusat penjualan HP terbesar se-Asia Tenggara katanya,...


Satu pelajaran berharga yang saya dapet, sebagai konsumen, kita memang harus berani marah untuk hal-hal macam ini... Kita beli baru kan bukan untuk direparasi di service center.. Meskipun gratis, nggak bayar, tapi kan berapa kerugian non materiil yang kita tanggung. Nunggu barangnya bener, nganterin barangnya, ngambil barangnya... Cape waktu, Cape pikiran... Ya donkk !!!


Dengan sedikit defense dari sang penjual, tapi akhirnya mereka mau menukar, replacement dengan yang baru... Gitu donkkk, kalo mau jualan, kepuasan pelanggan harus diutamakan... Kita tunggu kabar baiknya besok-besok (kalo sempet posting)... Yang jelas, ada yang kecewa berat... Dia udah beli banyak buah-buahan, setidaknya ada satu buah melon utuh, gede, yang terpaksa harus dimakan segera... Kalo tidak, ya bakalan busuk... :ngakak




-I and You Shouldbebetter-

Fun with mathematics

Posted: Kamis, 23 Juni 2011 by cendolduren in Label:
0

Sejak dulu, aku hobi banget sama pelajaran ini. Dan hingga sekarang masih suka.. Bahkan akhir-akhir ini, di sela-sela kerjaku, aku iseng-iseng ngerjain soal-soal Olimpiade Matematika... Iseng aja, nggak ada maksud lain... Hahaha, geli dengernya... Soal Olimpiade Matematika SD aja aku udah kelimpungan. Tipikal soal olimpiade kan emang susah ditebak, nyleneh, unusual.. Kadang kita nyari cara yang ribet atau bahkan blunder sendiri, langkah apa yang harus dilakukan,,, tapi ketika udah tau cara pengerjaannya, kita cuma bisa melongoooo... oooooo... :D

Bahkan, kalo boleh jujur, sudah hampir dua tahun yang lalu, aku telah menyimpan satu modul khusus berisi kumpulan soal olimpiade yang berhasil aku download, lalu aku print... Itu mau aku kasih buat anakku kelak.. Hahahaha, biar dia tau bagaimana rasanya sensasi ketika berhasil memecahkan suatu teka-teki paling mengasyikan di dunia... Pecandu narkoba perlu terapi ini deh kayaknyaaa, biar dia lupa ngobat... :D... Waktu itu, murid lesku mau ikut Olimpiade Matematika SMP... Yaudah, aku donlodin soal-soal di internet aja, sekalian buat belajar aku juga... Jangan sampai gurunya kalah pintar sama murid... Dan sayapun punya ide gila itu... Istri aja belum punya, udah nyiapin pelajaran buat sang anak... -___________-"

Buat kalian yang sealiran sama aku, atau malah yang berbeda paham (siapa tau mau bergabung), coba download sendiri, search sendiri yaaaa di om google dengan keyword "Download Soal Olimpiade Matematika", "OSN" ato sebangsanya...



-I and You Shouldbebetter-

Mati Suri

Posted: by cendolduren in Label:
0

Hahaha, susah juga yaa konsisten itu... Pengennya sih ngeblog, aktif, paling tidak sebulan satu tulisan lah... Perlu disiplin nihh... Sebenernya pas bikin blog ini, aku pengen ngasih background ato header dengan gambar cendol duren, jadi matching sama judulnya... Udah bikin kasar-kasaran pake Coreldraw, tapi ngatur height sama width-nya nggak bisa... Jadinya acak-acakan deh... Mulai males deh liat blog sendiri... Hahahaha

Naah, hari ini kerjaan agak longgar nihh, :D ... Atasan lagi dinas luar kota, so arus pekerjaan boleh dibilang agak slow dikit.. Rencana awal sebenarnya mau belajar undang-undang lagi, buka buku lagi... Tapi tiba-tiba liat blog temen yang aku rasa aktif... Orangnya menginspirasi, suka bisnis... Blognya sederhana, menceritakan seputar kehidupan keluarga kecilnya, dan juga hobinya.. Dan akhirnya, eng..ing..engggg... Saya mencari-cari themes blogspot... cari cari yang makanan minuman, nggak dapet gambar cendol... :hammer ... Yadah deh, tak ada cendol duren, ijonya aja juga nggak papa.... :D


Dan inilah themes baruku ditambah dengan (masih) sedikit widget... Mohon bantuan teman-teman blogger yang sudah lebih sepuh... Ane newbie gan... :p


-I and You Shouldbebetter-